"Lagi-lagi kereta menyelamatkanku". Gumamku dalam hati. Benar saja, hari ini hampir saja aku gagal interview dan menyianyiakan kesempatan bagus, maklumlah anak rantau yang bertahan hidup dengan pekerjaan yang sangat sulit di dapat.
Ini untuk kesekian kalinya aku tertolong oleh kendaraan bernama kereta api, sebelum-sebelumnya aku hampir gagal mudik, apalagi kini pesan tiket tak perlu berdesakan, cukup menggunakan handphone semua aplikasi bermunculan.
Selain nyaman, kereta api juga bisa membuat kita menikmati perjalanan meski kita sedang terburu-buru, dengan fasilitas toilet yg nyaman, bersih, juga wangi, belum lagi fasilitas gerbong khusus lansia, gerbong khusus ibu menyusui, Ac yg bisa kita atur suhunya sendiri, bahkan penumpang dapat air minum dan cemilan, dan masih banyak fasilitas lainnya. Untuk yg pegal, lelah, jangan khawatir disini juga di sediakan pelayanan khusus pijit, pastinya perempuan oleh perempuan, laki-laki oleh laki-laki, juga untuk yg membawa bayi tidak perlu khawatir karena ada babychair.
Ya, itu harapanku beserta harapan orang-orang pengguna kereta api.
Jujur saja saya bangga dengan PT KAI ini, perubahannya teramat cepat, kini kereta api di desain senyaman mungkin, toilet, washtaffel, tissu, tiap gerbong memakai AC, larangan merokok, semua penumpang dapat tempat duduk, dan lain-lain. Sedangkan dulu penumpang berdesakan, pernah bahkan sering saya berdiri dari bandung menuju yogyakarta di pintu masuk berhadapan dengan toilet yang kotor dan tidak terjaga, belum lagi aroma tak sedap mengusik hidungku yang minimalis.
Aku masih ingat, suatu kejadian saat aku menaiki kereta tempo dulu, maksudnya belum serapi sekarang, gerbong tanpa Ac, ada ibu-ibu yang sedang hamil tua duduk sila d pintu masuk dengan keadaan pintu tertutup, berbeda dengan saya yang justru pintu masuknya sama sekali tidak di tutup, sedangkan saya perempuan. Balik lagi ke cerita si ibu hamil tadi, dia berdesakan dan hampir terinjak kaki-kaki penumpang lain, belum lagi asap rokok yg membuat suasana semakin tidak kondusif, bau keringat, panas, bau asap rokok, bahkan pemeriksa tiket tidak bisa bergerak dikarenakan penuh total hingga sesak, saat itu para pedagang luar dan liar bebas keluar masuk menawarkan dagangannya, memang dari segi harga lebih ekonomis dan lebih bervarian, semua dagangan dari makanan, oleh-oleh, barang, sampai pulsa pun ada, unik tapi tidak teratur, karena dengan begitu banyak sekali peluang abang copet untuk mencopet.
Selanjutnya cerita lain yang masih saya alami, seorang pemuda tujuan bandung dari yogyakarta sedang tertidur pulas, mengistirahatkan saraf dan otot yang tegang, saat terbangun dia baru sadar bahwa handphone-nya hilang, saku celana jeans-nya sobek bekas torehan pisau entah gunting, liahinya abang copet sampe bisa gak ketahuan. Alhamdulillah sekarang kereta api lebih aman.
Masih ada juga pengalaman saya yang bikin greget, suatu ketika saya terburu-buru memesan tiket, naas tiketnya terjual habis, diluaran sana para calo memperhatikan saya, satu persatu mendekat, menawarkan tiket dengan harga luar biadab karena saking mahalnya. Tiket yang hanya Rp.24.000/tiket di bandrol dengan harga sampai Rp.80.000/tiket, jujur saja untuk saya yang saat itu masih mahasiswa terasa berat, apalagi uang mesti awet sampai bulan mendatang.
Terjadilah tawar menawar antara calo dan calon penumpang, sedangkan kereta sebentar lagi berangkat. Itu merupakan suasana yang sangat tidak diinginkan, untungnya PT KAI sudah menindaklanjuti, sehingga para penumpang lebih aman, lebih nyaman, lebih menikmati perjalanannya, meskipun kadang ada yang jual makanan dari PT KAI sendiri yg menurutku lebih condong ke kata mahal, maklumlah penumpang tidak semuanya berada.
Kini, saya bangga menjadi penikmat kereta api, selain bebas macet, pelayanan lebih baik, fasilitas diperbaharui, terimakasih semoga PT KAI semakin mengutamakan pelayanan, tidak mempersulit para penumpang, semakin mengedepankan kenyamanan para penumpang, semakin di tata lagi fasilitasnya agar semakin lebih baik, lebih di minati.
Sukses PT KAI semoga sukses selalu dan semakin terdepan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar